Lutimterkini- Pemerintah kabupaten Luwu Timur menggenjot penurunan angka stunting hingga ke pelosok desa. Bahkan seluruh perangkat diminta untuk konsens dalam penanganan dan pencegahan terjadinya stunting di daerahnya. Salah satu upaya tersebut seperti yang dilakukan pemerintah kecamatan Kalaena dengan melibatkan lintas stakeholders di wilayahnya.
“ Kami gerakkan seluruh perangkat dari desa, dusun dan rumah tangga untuk bersama mencegah terjadinya stunting. Sosialisasi dan gerakan untuk mengkonsumsi makanan bergizi yang mengandung protein hewani kita galakkan,” imbuh Camat Kalaena, Yusri Yunus kepada pewarta Lutimterkini.com, Senin (09/01/2023).
Sekadar diketahui, stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2.00 SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3.00 SD (severely stunted). Jadi dapat disimpulkan bahwa stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang dialami oleh balita yang mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan anak yang tidak sesuai dengan standarnya sehingga mengakibatkan dampak,baik jangka pendek maupun jangka panjang
Dia mengungkapkan, penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi yang diperoleh oleh balita sejak awal masa emas kehidupan pertama, dimulai dari dalam kandungan (9 bulan 10 hari) sampai dengan usia dua tahun. Stunting akan terlihat pada anak saat menginjak usia dua tahun, yang mana tinggi rata-rata anak kurang dari anak seusianya.
“ Sedangkan penyebab utama stunting diantaranya, asupan gizi dan nutrisi yang kurang mencukupi kebutuhan anak, pola asuh yang salah akibat kurangnya pengetahuan dan edukasi bagi ibu hamil dan ibu menyusui, buruknya sanitasi lingkungan tempat tinggal seperti kurangnya sarana air bersih dan tidak tersedianya sarana MCK yang memadai serta keterbatasan akses fasilitas kesehatan yang dibutuhkan bagi ibu hami, ibu menyusui dan balita.” Pungkas Yusri. (Lt/acs)