Lutimterkini- Luwu Timur kaya akan sumber daya alam, khususnya di bidang pertanian dan perkebunan. Luasan hamparan pertanian dan perkebunan di Bumi Batara Guru menjadi modal penting bagi Pemkab untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari sector pertanian.
Kepala bidang Perkebunan pada dinas pertanian dan ketahanan pangan Luwu Timur, Muchtar kepada pewarta Lutimterkini.com, Selasa (02/12/2022) mengatakan saat ini terdapat 8 komoditi unggulan di Luwu Timur yang memilikim prospek cerah dan digeluti petani Delapan komoditi tersebut ialah Kakao, Lada, Kelapa Sawit, Cengkeh, Kelapa Dalam, Kopi, Pala, dan Sagu.
Sagu ini, kata Muchtar, merupakan makanan pokok tapi dia masuk di perkebunan. Jadi, lanjutnya, di perkebunan itu ada istilah tanaman tahunan dan penyegar diantaranya kopi dan pala, ada juga semusim dan rempah misalnya nilam dan lada.
Muchtar melanjutkan, untuk 8 komoditi ini di Luwu Timur, sejak awal penyusunan visi misi Luwu Timur, ada 3 komoditi yang masuk komoditi strategis. “Yang pertama Kakao, kedua Lada, ketiga Kelapa Sawit. Dan memang secara faktual dilapangan, ketiga komoditi inilah yang sebelum Luwu Timur terbentuk sudah diusahakan dalam jumlah yang luas sekali,” bebernya.
Ia pun merincikan, kelapa sawit merupakan tanaman industri besar, jadi kita tau sekarang di Lutim sudah ada 4 pabrik kelapa sawit dan sudah sangat ideal untuk mengcover produksi sawit yang ada di Luwu Timur.
Dari sisi potensi,sambungnya, kelapa sawit untuk plasma masyarakat kita ada di 8.600-an hektar yang masyarakat punya. Baik yang dulunya di bina langsung oleh PTVN maupun secara swadaya mandiri membuka kebun sendiri diluar dari lahan perusahaan, antara lain seperti HGU PTVN, HGU Latunrung dan HGU Sindoka.
“Sampai dengan laporan medio 2022, kami mencatat produktivitas kelapa sawit 14,53 ton perhektar pertahun. Sebetulnya, ini dibawah dari produktivitas standar. Kalau secara standar berdasarkan kemampuan atau potensi sawit itu sendiri bisa diangka 25-30 ton per hektar per tahun. Di Wilayah Luwu Timur ini, ada yang dibuktikan oleh pihak perusahaan PTVN. Berdasarkan informasi dari manager PTVN di Burau, kalau kebunnya di Tarengge sudah diangka 28 ton per hektar per tahun, sedangkan masyarakat kita baru 14 ton per hektar per tahun,” ungkapnya. (LT/and)