Lutimterkini- Tangan perempuan itu tengah sibuk mengambil beberapa jenis sayuran dari dalam bakul sepedanya. Sayuran jenis Kangkung, Kol, Tauge dan Kacang Panjang lalu diaduk dengan bumbu kacang. Sejurus kemudian campuran sayuran dan kacang itu dikemas dengan daun berukuran keci dipadukan dengan tempe goreng dan lontong.
Sejumlah orang yang didominasi ibu rumah tangga nampak memperhatikan tangan perempuan yang tengah meracik dagangan pecel di pojok SMPN1 Malili. Para ibu rumah tangga itu rupanya adalah pelanggan pecel yang saban harinya dijajakan perempuan yang telah berusia lebih dari setengah abad ini.
Perempuan tua itu adalah Aminah yang akrab disapa ‘Mbok Mina’ pedagang pecel di Malili yang tetap eksis di tengah derasnya terpaan ekonomi demi menghidupi keluarga kecilnya.
Mbok Mina pertama kali menginjakkan kaki di Luwu Timur (dulunya) masih tergabung dengan kabupaten Luwu pada 1981 silam. Dia bersama suami tercinta ikut program transmigrasi nasional yang digagas pemerintah untuk mengurai kepadatan penduduk di pulau Jawa. “ Penempatan sebagai transmigran dari pulau Jawa ke Sulawesi tepatnya di desa Lakawali kecamatan Malili (masih) kabupaten Luwu saat itu,” ujar perempuan yang lahir pada 1955 ini.
Kepada pewarta Lutimterkini.com, Rabu (31/05/2023), Mbok Mina menceritakan dirinya memilih berjualan sayur-mayur sejak pertama kali datang ke Lakawali. Sayur-mayur tersebut dia beli dari pedagang di pasar Lakawali yang berada di lokasi tempat tinggalnya. “ Sayuran itu lantas saya bawa ke Malili diangkut dengan sepeda. Walaupun jarak dari rumah (Lakawali) ke Malili cukup jauh sekitar 20 Km. Hitung-hitung juga sehat kalau bersepeda,” cerita Mina dengan senyum khasnya.
“Tak peduli hujan dan panas Aminah muda tetap semangat mengayuh sepedanya demi mendapatkan rupiah. Setiba di Malili sayur-mayur jualan Mbok Mina disalurkan ke pelanggan tetapnya. “ Biasanya tiba di Malili sekitar pukul 09.00 wita untuk jualan sayur-mayur. Alhamdulilah 3-4 jam dagangan saya habis. Kalaupun ada yang tersisa dipakai untuk kebutuhan di rumah,” bebernya.
Berselang 2 tahun berikunya tepatnya pada 1983 , perempuan yang telah dikarunia 4 anak ini mulai mengembangkan usaha jualan sayur-mayurnya. Terkadang pelanggannya banyak yang menginginkan agar Mbok Mina juga berjualan pecel, salah satu penganan tradisional khas Jawa.
Permintaan para pelanggan itu kemudian dipenuhinya. Selain berjualan sayur-mayur ia juga mulai menjajakan Pecel yang disukai lidah masyarakat , khususnya warga Malili. “ Pecel yang dibuat Mbok Mina rasanya gurih dan enak. Saya salah satu pelanggan setia Pecelnya di Malili sejak masih di bangku SMP pada 1984 sampai sekarang,” ungkap H. Nirwana, salah seorang warga Malili.
“ Syukur alhamdulilah pak hingga kini masih bertahan dengan jualan Pecel dan sayur mayur demi menopang ekonomi keluarga. Doakan bisa tetap sehat dan diberi umur panjang,” sambung Mbok Mina. (Lt/sps).