Malili, Lutimterkini- Elemen warga desa Pongkeru kecamatan Malili, Luwu Timur, yang tergabung dalam solidaritas wirausaha muda (Swara Muda), Kamis (29/07/2021) kemarin menggelar unjuk rasa. Aksi protes ini dilayangkan kepada manajemen perusahaan tambang Nikel PT. Citra Lampia Mandiri (CLM) yang beroperasi di desa Pongkeru dan desa Harapan.
Aksi demonstrasi dipimpin ketua umum Swara Muda Pongkeru, Yahya didampingi sekjennya, Amir Asri menyampaikan 10 poin tuntutan kepada manajemen PT. CLM. Salah satu poin yang disuarakan adalah permintaan PIT setara dengan PT. Gunung Verbeck Karebbe (GVK).
Massa aksi juga menuntut pembayaran dana kompensasi tanaman (uang debu) secara tepat waktu dan tidak ada keterlambatan. “ Kami juga meminta agar setiap perusahaan baik kontraktor maupun subkontraktor agar dalam kegiatan suplly kendaraan berupa dump truck (DT) 10 roda mamupun alat berat agar memberikan informasi kepada masyarakat yang kemudian diwakilkan oleh Swara Muda Pongkeru,” tegas salah satu orator demonstrasi.
Lalu, bagaimana tanggapan manajemen PT. CLM perihal aksi unjuk rasa Swara Muda desa Pongkeru tersebut ? Berikut penjelasan Direktur PT. CLM, Helmut Hermawan yang dikonfirmasi Lutimterkini.com, Jumat (30/07/2021) :
” Pada dasarnya kami tidak pernah menutup diri dengan seluruh stakeholeders di daerah operasional kami, termasuk dengan rekan-rekan di desa Pongkeru. Kemerin itu kemungkinan ada penyampaian yang salah . Adik-adik di Pongkeru biasa komunikasi langsung dengan saya jika ada sesuatu yang memang perlu dikomunikasikan, termausk pembicaraan mengenai program CSR kami.” tandas Helmut via telepon selularnya.
Dia mengatakan, mengenai isu bahwa teman-teman rekanan dari Pongkeru tidak diakomodir justru kami membuka peluang sebesar-besarnya kepada kontraktor lokal, seperti PT. GVK, di situ kan Pongkeru juga. Itulah sebabnya mengapa kita buka peluang sebesar-besarnya kepada kontraktor lokal agar bisa menyerap itu semua karena GVK itu menyerap 4 desa terdampak, kita kasih yang paling luas di tambang kami.
” Kami yang punya tambang (APMR) hanya mengelolah 40 ribu sebulan, sementara 100 ribu lainnya dikerjakan oleh GVK selaku kontraktor lokal.” sambungnya.
“ Kita ingin membuka lokasi baru, namun tidak ada lagi tempat. 70 persen lokasi kami dikerjakan oleh kontraktor lokal . Begitupun dengan pemberdayaan tenaga kerja lokal yang selalu kami prioritaskan. Makanya setiap ada rekruitmen, kami minta waktu selama 2 minggu kepada desa-desa untuk menyerap tenaga kerja yang berasal dari desa. “ pungkas Helmut. (LT/ACS).